Cross Religion Trip : Klenteng Eng An Kiong, Malang

Beberapa bulan yang lalu, kami kelas XII IPS SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy) yang waktu itu masih kelas XI diajak sama guru sosiologi kesayangan kami untuk mempelajari multikulturalisme Indonesia khususnya dalam bidang agama dengan cara yang berbeda. Bukan lewat buku ataupun internet, namun dengan cara "Study Tour". Rombongan kami yang waktu itu hanya sekitar 50 siswa (2 kelas IPS) berangkat cukup pagi karena mengingat kami harus mengunjungi lima tempat tujuan dalam kawasan Malang - Batu.Tujuan kami yang pertama adalah :

Klenteng Eng An Kiong 

(Agama Konghuchu, Budha Mahayana dan Tao)

Kami tiba disana sekitar pukul 06.30 dan disambut oleh Bapak Hanum Pramono. Beliau menjelaskan kepada kami hampir semua detail dari setiap sudut klenteng. Ketika pertama kali memasuki teras klenteng (saya kurang tahu apa namanya namun bentuknya seperti teras rumah, hanya saja berada di klenteng dan tentunya berbau budaya Tionghoa yang sangat kuat) kami diperkenalkan melihat tulisan "Tuhan yang Maha Esa" yang diletakkan di atas meja marmer setinggi dada orang dewasa. Pak Hanum menjelaskan bahwa setiap umat yang akan bersembahyang di klenteng tersebut diharuskan menujukan sembahyang mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Kami juga melihat adanya keseimbangan tata ruang maupun tata letak ornamen penghias dan keagamaan. Masyarakat Tionghoa menyebutnya "Yin dan Yang". Yin dan Yang harus diperhatikan karena mereka adalah dua unsur yang saling melengkapi. Contohnya adalah dua patung naga yang melilit tiang utama (kanan dan kiri) klenteng. Menurut penjelasan Pak Hanum, dua naga itu adalah naga yang berpasangan. Satunya laki-laki dan lainnya perempuan. Hal ini dapat dibedakan dari ciri yang memang sangat terlihat dari kedua patung tersebut. 

Selain banyaknya ornamen berupa patung, hal yang sangat dominan sekali terlihat di klenteng ini adalah penggunaan warna emas dan merah pada setiap barang ataupun cat temboknya. Warna merah diartikan sebagai simbol api kebahagiaan dan kehidupan yang menjadikannya energi, Sementara warna emas melambangkan kekuasaan. Selain kedua warna tersebut, warna dominan lainnya adalah hitam yang melambangkan langit dan kuning yang melambangkan bumi.

Ketika salah satu dari kami bertanya tentang pembagian ruang peribadatan antara penganut agama satu dengan agama yang lainnya Pak Hanum menjelaskan bahwa ruang peribadatan memang dibagi, dan jemaat dapat beribadah di ruang yang sesuai dengan agama mereka. Meskipun penganut agama disini berbeda-beda (Konghuchu, Budha Mahayana dan Tao) namun mereka saling menghargai dan tidak membedakan meskipun secara jelas mereka berbeda dan beribadah di satu tempat yang sama.

Selain pada ruang peribadatan dan keyakinan yang dianut, ternyata masih ada perbedaan yang sangat jelas terlihat seperti perbedaan kitab suci dan tata cara sembahyang. Namun karena ketiga agama ini berasal dari tempat yang berdekatan, ahlasil mereka memiliki budaya dan tradisi yang hampir sama.


this photo is taken on panoramio.com for more information I suggest you to open that website


sorry fotonya narsis, maklumlah ABG -__-''





Oo. iya mungkin bagi pihak-pihak yang merasa bahwa tulisan saya salah atau kurang sempurna tolong saya diingatkan yaa. Namanya saja sedang proses belajar, harap dimaklumi. Semoga bermanfaat :)

Mungkin cuma itu info yang bisa aku kasih, di tulisan aku selanjutanya aku akan ngulas tempat kedua yang aku dan temen-temen IPS datengin yaitu ke Padepokan Dhammadipa Arama, Batu


0 komentar:

Posting Komentar